Blog ini berisi artikel-artikel, karya tulis ilmiah, dan berita mengenai Hukum dan Sosial

Monday, May 21, 2018

CERITA DIBALIK 20 TAHUN REFORMASI INDONESIA


CERITA DIBALIK 20 TAHUN REFORMASI INDONESIA 


Sumber: youtube.com/compastv

Orde Baru sudah berakhir. Tahun ini, adalah peringatan 20 tahun reformasi. Ditandai dengan pengajuan mundur Presiden Soeharto setelah berkuasa 32 tahun silam. Tapi 20 tahun reformasi, bukan cuma soal tumbangnya Soeharto pada 21 Mei 1998. Jauh ke belakang, sebelum tanggal itu, ada banyak peristiwa yang terjadi.

Era.id bikin serial panjang untuk mengenang peringatan 20 tahun reformasi. Dimulai sejak hari ini hingga sebulan lebih ke depan. Kami ceritakan ulang, hari demi hari, apa yang terjadi 20 tahun lalu. Bukan untuk mengorek luka lama. Cuma menjadi pengingat, negeri ini pernah melewati masa kelam itu. Tentu kami berharap sejarah itu janganlah terulang.
20 tahun lalu di Indonesia. Peringatan Hari Kartini kali ini terasa begitu berbeda. Mungkin anak-anak di TK atau SD tetap merayakan Hari Kartini seperti biasa. Tapi tidak di jalanan dan sejumlah sudut kampus, suasana terasa lebih panas.
Peringatan Hari Kartini pada masa itu lebih banyak diwarnai dengan demo mahasiswa-mahasiswi, sebagai bentuk keprihatinan terhadap Orde Baru. Mereka menggelar aksi di banyak tempat. Salah satunya di Bandung yang dipusatkan di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sekitar 2 ribu mahasiswa dari ITB, Universitas Padjajaran (Unpad), sejumlah rohaniawati dari RS Borromeus dan para akademisi berkumpul. Astronom Karlina Leksono tampil dengan membaca renungan 'Menentang Kekerasan' dan Profesor Soerdia, Guru besar Kimia ITB yang membawakan orasi Kepedulian Ibu. Kedua karya itu sarat dengan kritik terhadap rezim Orde Baru.

Kita pindah ke Yogyakarta. Di UGM juga digelar aksi serupa. Sekitar 10 ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ikut memeriahkan peringatan Hari Kartini sambil menyuarakan tuntutan agenda reformasi politik dan ekonomi, serta menuntut penghapusan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN). Sementara itu, 1.500 mahasiswa dari IKIP Yogyakarta, Universitas Janabadra, IAIN Sunan Kalijaga, Universitas Atma Jaya Yogya, dan Universitas Sanata Darma (USD) menggelar Kartinian di kampus USD dengan tuntutan serupa agenda reformasi.

Di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan juga sama. Para aktivis menuntut penghapusan diskriminasi terhadap kaum perempuan, peninjauan kembali Kabinet Pembangunan VII, dicabutnya Paket Lima UU Politik, dan menuntut penghapusan KKN. Di Surabaya, mahasiswa, para aktivis, perawat, biarawati, dan dosen, melakukan aksi Kartinian di Universitas Airlangga (Unair). Mereka membagikan bunga kepada aparat keamanan sebagai simbol persatuan Indonesia.

Bagaimana dengan situasi ibu kota? Mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI) menyelenggarkan acara Hari Kartini dengan tajuk acara Pekan Perempuan. Acara ini juga dilakukan para mahasiswa Universitas Pancasila dan Institut Teknologi Indonesia (ITI) Serpong. Tuntutan mereka? Mirip dengan kolega-koleganya di seantero Indonesia, agenda reformasi harus segera digulirkan. Tidak bisa ditunda.
Infografis pergerakan mahasiswa menuntut reformasi pada 21 April 1998 (Sumber:Hilda/era.id)

Lantas apa yang menyebabkan gelombang aksi mahasiswa di bulan April terjadi berulang-ulang dan masif? Sekadar informasi, demo mahasiswa bukan hanya terjadi tanggal 21 April 1998 saja. Jika dilihat secara teori, menurut Denny JA dalam bukunya Gejolak Reformasi Menolak Anarki (1998), literatur ilmu politik menyediakan tiga pandangan.

Mahasiswa dan elemen masyarakat menjadikan peringatan Hari Kartini sebagai momentum yang lebih besar. Kritik terhadap pemerintah disamarkan dengan menggunakan peringatan Hari Kartini. Poin ini sangat penting mengingat betapa respresifnya Orde Baru kala itu. Pandangan kedua, gerakan sosial timbul meluas karena ketidakpuasan situasi yang ada. Pandangan terakhir berpendapat, gerakan sosial muncul karena kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak.

Dari ketiga pandangan tersebut, boleh jadi kala itu ketiga teori ini berkolaborasi di lapangan. Satu sisi, aksi itu jelas muncul karena meluasnya ketidakpuasan di kalangan masyarakat khususnya mahasiswa yang merupakan 'agen perubahan'. Krisis ekonomi dan ketidakpuasan situasi politik bikin gerakan sosial tidak dapat terbendung.
Ilustrasi pergerakan mahasiswa (Sumber:Wildan/era.id)

Selain itu, kesempatan politik di tahun 1998 semakin terbuka karena pemerintah menjadi 'lebih moderat' akibat tekanan organisasi dan komunikasi internasional. Peran IMF dalam memengaruhi perekonomian Indonesia begitu besar terhadap formulasi kebijakan ekonomi-politik di Indonesia.
Kebijakan politik Indonesia jadi tontonan dunia internasional karena semakin berkembangnya teknologi informasi. Berita para aktivis yang hilang, langsung cepat beredar dan bisa diketahui dunia. Buntutnya, mengundang reaksi masyarakat global. Jika pemerintahan tidak melunak, maka tekanan internasional akan semakin deras.
Dalam kisah selanjutnya, kita akan melihat makin kerasnya suara tokoh-tokoh penggerak yang tak bisa lagi dipandang sebelah mata ataupun dibungkam secara mudah. Karisma dan pengaruh mereka mampu menggerakkan massa dalam menggulingkan Orde Baru 20 tahun lalu.
Para korban yang hilang di rezim orde baru (Reuters)

Share:

3 komentar: