Sumber: Google.com
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis: Yusuf Abdul Aziz
A. Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa berbagai macam bidang ilmu
berasal dari Barat, dan salah satu dari sekian banyak filusuf hebat yaitu John
Locke. John Locke (lahir 29 Agustus1632 – meninggal 28 Oktober1704 pada umur 72 tahun) adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari
pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat
politik,
Locke juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur
terpenting di era Pencerahan. Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes
(post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan
yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Kemudian Locke juga
menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya
eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya Locke yang terpenting adalah "Esai
tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), "Tulisan-Tulisan
tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan
tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Riwayat
Hidup John Locke?
2. Apa Saja Kontribusi John
Locke bagi Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana Pengaruh Karya John
Locketerhadap perkembangan ilmu
pengetahuan di dunia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup John Locke
John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset. Keluarganya berasal dari kelas menengah dan
ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah kota kecil di bagian selatan Bristol. Selain bekerja sebagai pemilik tanah, ayah
Locke bekerja juga sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di
pemerintahan lokal.
Pada tahun 1647, Locke belajar di Sekolah
Westminster,
yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris. Pendidikan di sana
berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, kemudian bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani. Setelah itu, pada tahun 1652, Locke
mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Sekolah
Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.
Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam berdebat dan juga tema-tema metafisika dan logika. Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang
mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua. Ia lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan sebagainya.
Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis
di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode akhir dekade
1650-an. Ia membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kesehatan dan pengobatan.
Melalui minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat
alam sejak
tahun 1658. Pada awal tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak. Sejak
tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru
muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle. Selain itu, ia juga mulai
rajin membaca karya-karya Descartes.
Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis
dan filsafat alam saja, namun juga kepada bidang politik. Situasi politik di Inggris pada waktu itu
memang sedang bergejolak. Cromwell, yang pada waktu itu telah mengubah sistem
politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di
bawah pemerintahan Raja Charles II. Charles II menghendaki pemerintahan yang
dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung
pemerintahan Charles II. Pada bulan November hingga Desember 1660, ia membuat
suatu karangan singkat untuk menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam
menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan. Kemudian pada tahun 1661-1662, Locke
menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin. Karya pertama menegaskan lagi tesis
yang dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua berisi
penolakan terhadap posisi Gereja
Katolik Roma
yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa ada kesalahan melalui
lembaga magisterium. Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja
Anglikan
dalam mempertahankan pendapatnya.
Pada tahun 1661, Locke diangkat menjadi dosen di sekolah GerejaKristus tempatnya belajar dulu. Ia mengajar bahasa
Yunani dan bahasa Latin. Kemudian pada tahun 1664, ia menjadi petugas
sensor dalam bidang filsafat moral. Selama periode ini, Locke melanjutkan
minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat alam. Kemudian Locke belajar
kepada Thomas
Willis selama
tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle. Selain itu, Locke juga
membantu penelitian-penelitian yang mereka lakukan.
Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan untuk menjadi sekretaris Walter Vane yang bertugas melakukan misi
diplomatik ke beberapa negara. Locke meninggalkan Inggris pada bulan November
dan kembali pada bulan Februari. Melalui surat yang dikirimnya, tampak bahwa
Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu. Setelah itu, Locke
ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris untuk pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia menolak. Sekembalinya Locke ke
Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.
Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di kemudian hari membuat perubahan
besar dalam hidup Locke. Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London untuk bekerja di rumah Lord Ashley. Locke
tinggal di sini selama delapan tahun. Selama di London, Locke juga membaca
buku-buku pengobatan, namun di situ ia mendapatkan pengalaman langsung dalam
soal-soal klinis karena ia menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang adalah seorang dokter. Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya
dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan. Di sini, Locke
membuat catatan yang akhirnya dibukukan dengan judul De Arte Medica,
yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.
Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup
parah. Locke melakukan operasi terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin membaik. Karena itu,
Lord Ashley menganggap Locke sebagai penyelamat hidupnya. Setelah itu, untuk
mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium
di rumahnya.
Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik
langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah
pengalaman Locke dalam bidang politik. Setahun setelah datang ke London, Locke
menulis "Essay tentang Toleransi" yang isinya amat berbeda dengan dua
karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662. Pada tahun 1669, Lord Ashley
melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina. Locke menjalani tugasnya dalam
membantu Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.
1. Di Perancis
Hingga tahun
1670, Locke belum dapat dikatakan sebagai seorang filsuf. Akan tetapi, ia mulai
mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya untuk berdiskusi
mengenai topik-topik tertentu. Ada tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun
1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.
Selama tahun
1672 hingga 1675, kebanyakan waktu Locke dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas
administratif. Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkat sebagai pangeran
dari Shaftesbury dan Locke tetap
membantunya hingga Lord Ashley keluar dari jabatan tersebut pada tahun 1673.
Pada bulan November 1675, tugas Locke usai dan Locke pergi ke Perancis. Locke
tinggal di sana selama kurang lebih tiga setengah tahun. Pada tanggal 4 Januari
1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama
setahun. Ia berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf
Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa
Perancis bagi Locke.Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca
buku-buku dalam bahasa Perancis.
Selama di
Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat,
sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya. Bulan Februari 1677, Locke
meninggalkan Montpellier dan menuju Paris. Ia bermukim sebentar di Paris
lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.
2. Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda
Ketika Locke
memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris
sedang mengalami krisis. Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya
pembunuhan terhadap Raja Charles II untuk digantikan dengan saudaranya, James,
yang beragama Katolik. Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan
diri ke Belanda untuk mencari suaka
politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik. Hal itu disebabkan Lord
Ashley, yang merupakan sahabat Locke, adalah salah satu pemimpin kaum yang anti
terhadap pemerintahan Raja Charles II.
Raja Charles
II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya yang amat berbahaya dan ingin
membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal. Hal itu mendorong Lord Ashley
untuk melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada akhir tahun 1682 dan
meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683. Kehidupan Locke di Inggris turut
terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih
terus ada sehingga ia terus dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah.
Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.
Buku Locke
yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis
ketika Locke berada di Belanda.Tentu saja proses penulisan buku itu telah
dimulai sebelumnya. Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha"
karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan
monarki absolut.
Buku
tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode
ini.Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward
Stillingfleet, yang menulis buku untuk menyerang kaum Protestan
Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan. Jikalau pada tahun 1660-1662
Locke pernah berdebat untuk membela Gereja Anglikan, kini justru Locke
menyanggah posisi Gereja Anglikan.Locke menulis karya yang menyanggah buku
Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James
Tyrrell.
Di Belanda,
Locke melakukan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan
diri juga. Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian
orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke harus bersembunyi dan
berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685. Di sinilah Locke menyelesaikan
karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang
mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati. Pada
akhir tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir selesai dan menyerupai
bentuk akhir yang ada saat ini.
Dalam
mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam
menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi". Karya itu dikerjakan
selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam. Locke memang telah lama
bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris, namun dorongan
langsung terhadap pembuatan karya itu adalah pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685. Pemilihan
bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada
pembaca Eropa secara luas. Karya itu
terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan
secara anonim.
3. Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William
dari Orange
Situasi
politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pemimpin Inggris dan menyebabkan James II harus melarikan diri dari
Inggris. Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari
1689, bahkan ditawari posisi sebagai diplomat namun ia menolak karena alasan
kesehatan.
Pada tahun
1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton. Locke menjadi salah
satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton. Keduanya
juga sering bertemu untuk berdiskusi dan mengirim surat untuk membahas
topik-topik tertentu. Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah
ilmu alam tetapi penafsiran Alkitab.
Setelah
bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, ia segera
mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang
Pemerintahan". Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi"
juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple. Setelah
diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan
beragam reaksi.Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras adalah Jonas Proast pada tahun 1690 dan
ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama. Akan tetapi, identitas
Locke tetap menjadi rahasia. Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692
ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast
tidak menanggapi lagi.
Setelah
Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London. Ia kehilangan
posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya
kembali. Pada awal tahun 1691, ia diundang untuk tinggal di Oates, Essex bagian utara, yang merupakan
kediaman Francis Masham. Istri Masham, Damaris, adalah
anak dari Ralph Cudworth dan merupakan teman
diskusi Locke melalui surat selama bertahun-tahun. Akhirnya, Oates menjadi
kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat
tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.
Setelah itu,
Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan,
"Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan". Karya itu dipublikasikan
pada bulan Juli 1693 dan edisi baru berisi penambahan materi terbit dua tahun
kemudian.
Pada tahun
1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama
Kristen" (The Reasonableness of Christianity). Sebagaimana
"Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara
anonim dan segera menimbulkan kontroversi. Kontroversi itu muncul karena
pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama
Kristen. Lawan polemik Locke kali ini adalah John Edwards, dan polemik mereka berdua
terjadi hingga tahun 1697.
Pada bulan-bulan
awal tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya untuk beristirahat di Oates. Pada
bulan Juni, ia mulai melakukan pekerjaannya untuk pemerintah, khususnya dalam
bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya.Selain
mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan
Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan. Polemik mereka berlangsung
dari bulan November 1696 hingga akhir tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet
menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.
4. Akhir hidup
Pada bulan
Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan. Ia menjalani sisa
kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi
London. Meskipun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang
berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase
and Notes on the Epistles of St Paul). Karya ini menyatakan kedalaman
karakter religius dari pemikiran Locke.
Kesehatan
Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita
penyakit asma. Kunjungan terakhirnya ke
London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III membuat
kesehatannya semakin buruk.
Bulan-bulan
akhir tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya. Ia meninggal
tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.
B. Pemikiran
1. Tentang
pengetahuan
Salah satu
pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah
mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan
bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh
pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi
empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang
terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian, rasio atau
pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan. Dengan
demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu,
pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi
tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman
yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah
pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama
pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
2. Ragam pengalaman Manusia
Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam
pengalaman manusia, yakni pengalaman
lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense
atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap
aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca
indra manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki
kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki',
'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan
membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.
3. Proses manusia mendapatkan pengetahuan
Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia,
pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut
'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai
data-data empiris. Ada empat jenis pandangan sederhana:
a. Pandangan yang hanya
diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
b. Pandangan yang
diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
c. Pandangan yang
dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
d. Pandangan yang
menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik,
rasa heran, dan waktu.
Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan
sederhana ini, rasio atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.
Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau pikiran
bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas). Rasio
bekerja membentuk pandangan kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi,
dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut. Ada tiga jenis
pandangan kompleks yang terbentuk:
a. substansi atau sesuatu yang
berdiri sendiri, misalnya pengetahuan tentang manusia atau tumbuhan.
b. modi (cara mengada suatu
hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya bergantung kepada substansi.
Misalnya, siang adalah modus dari hari.
c. hubungan sebab-akibat
(kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air
mendidih karena dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".
4. Tentang negara
Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam
bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two
Treatises of Civil Government). Ia menjelaskan pandangannya itu dengan
menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat. Locke membagi perkembangan
masyarakat menjadi tiga, yakni keadaan
alamiah (the state of nature), keadaan perang (the state of war), dan negara (commonwealth).
5. Tahap keadaan alamiah
Keadaan alamiah adalah tahap pertama dari perkembangan
masyarakat. Konsep Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan alamiah sebagai
keadaan "perang semua lawan semua", maka Locke berbeda. Menurut
Locke, keadaan alamiah sebuah masyarakat manusia adalah situasi harmonis, di
mana semua manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama. Dalam keadaan
ini, setiap manusia bebas menentukan dirinya dan menggunakan apa yang
dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain. Meskipun masing-masing
orang bebas terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena
masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan
oleh Tuhan. Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke
adalah larangan untuk merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta
milik orang lain. Dengan demikian, Locke menyebut ada hak-hak dasariah yang
terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah. Konsep
ini serupa dengan konsep Hak Asasi
Manusia (HAM) di dalam
masyarakat modern.
6. Tahap keadaan perang
Tahap kedua adalah keadaan perang. Locke menyebutkan
bahwa ketika keadaan alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial maka
situasi harmoni mulai berubah. Penyebab utamanya adalah terciptanya uang. Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan
secara berlebihan, sedangkan di dalam keadaan alamiah tidak ada perbedaan
kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya untuk
konsumsi masing-masing. Ketidaksamaan harta kekayaan membuat manusia mengenal
status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya.
Untuk mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan,
dan bersaing. Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.
Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut kemudian berubah menjadi
keadaan perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan
saling menghancurkan. Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan
manusia jika tidak ada jalan keluar dari keadaan perang.
7. Tahap terbentuknya negara
Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar
dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat
untuk mengadakan "perjanjian asal". Inilah saat lahirnya negara
persemakmuran (commonwealth). Dengan demikian, tujuan berdirinya negara
bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan untuk menjamin
dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan perjanjian
tersebut.
Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan
dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada
negara. Kedua kuasa tersebut adalah hak untuk menentukan bagaimana setiap
manusia mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap pelanggar hukum
kodrat yang berasal dari Tuhan. Ajaran Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:
a. Kekuasaan negara pada
dasarnya adalah terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari warga
masyarakat yang mendirikannya. Jadi, negara hanya dapat bertindak dalam
batas-batas yang ditetapkan masyarakat terhadapnya.
b. Tujuan pembentukan
negara adalah untuk menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak warga atas harta
miliknya. Untuk tujuan inilah, warga bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam
keadaan alamiah yang diancam bahaya perang untuk bersatu di dalam negara.
Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes
tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi semua warga negara.
8. Pembatasan kekuasaan negara
Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga
masyarakat yang merupakan pembuatnya. Untuk itu, sistem negara perlu dibangun
dengan adanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan
tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan membentuk
konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas. Cara kedua adalah
adanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan
federatif.
Unsur legislatif adalah kekuasaan untuk membuat
undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi. Kekuasaan ini dijalankan oleh
Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, paling banyak
menyumbangkan sesuatu kepada negara. Dalam membuat undang-undang, kekuasaan
legislatif terikat kepada tuntutan hukum alam yaitu keharusan menghormati
hak-hak dasar manusia. Unsur eksekutif adalah pemerintah yang melaksanakan
undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya. Terakhir, unsur federatif adalah
kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan
perjanjian damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang. Menurut
Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam
keadaan darurat pihak eksekutif dapat mengambil tindakan yang melampaui
wewenang hukum yang dimilikinya.
Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap ada
kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.
Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat memiliki hak untuk mengadakan perlawanan
dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di
luar wewenang mereka Di sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka
berikan.
9. Tentang hubungan agama dan negara
Pandangan Locke lain yang penting dan masih
berhubungan dengan konsep negara adalah mengenai hubungan antara agama dan
negara. Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang
berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration). Locke
menyatakan bahwa perlu ada pemisahan tegas antara urusan agama dan urusan
negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda. Negara tidak boleh menganut
agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu agama. Tujuan negara adalah melindungi hak-hak dasar
warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama adalah mengusahakan keselamatan jiwa manusia untuk kehidupan abadi di akhirat kelak
setelah kematian. Jadi, negara berfungsi untuk memelihara kehidupan di dunia
sekarang, sedangkan agama berfungsi untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan kekal. Agama
adalah urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat
umum. Pemisahan antara keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak
boleh mencampuri urusan yang lain.
Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia,
sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan
pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak menghalangi kebebasan beragama
dari warganya, maka rakyat berhak untuk melawan.
10. Tentang agama
Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik. Ia
menganggap agama Kristen adalah agama yang paling masuk akal dibandingkan
agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh akal
manusia. Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian. Locke
berangkat dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berakal budi, sehingga
pastilah disebabkan karena adanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa,
yaitu Allah. Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga
menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.
C.
Pengaruh
1.
Dalam filsafat pengetahuan
Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh
besar terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman. Pandangan Locke tentang proses manusia mendapat
pengetahuan memiliki dua implikasi penting. Pertama, munculnya anggapan bahwa
seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan
secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang dikatakan Descartes.
Kedua, semua hal yang manusia ketahui melalui pengalaman, bukanlah obyek atau
benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu
yang diterima oleh panca indra manusia.
Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari
pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan
kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana. Konsep ini akan memengaruhi
dan dipertajam oleh David Hume di kemudian hari, dan akhirnya mendapat bentuk
paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf paling
berpengaruh di era filsafat
modern. Kant menolak semua
kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun
di luar panca-indranya. Lebih jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau
pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi,
sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia. Tentu saja pandangan Kant
ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap besar.
Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya
hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari
benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan
subyektivisme. Maksudnya subyektivisme adalah pandangan yang menolak adanya
sesuatu yang obyektif, yang berlaku umum, dan hal itu akan mengarah ke
relativisme. Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat
menarik kesimpulan berbeda mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing
terhadap suatu hal atau benda. Apa yang obyektif, yakni benda tersebut
sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.
2. Dalam bidang politik
Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat
besar di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat. Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas
Jefferson dipengaruhi oleh
ide-ide politik Locke. Kemudian para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.
3. Dalam bidang keagamaan
Pandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan
deisme atau agama alamiah. Pandangan tersebut meluas di
Barat pada abad ke-19 dan ke-20.
4. Munculnya negara-negara sekularistik
Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan
urusan agama dengan sangat ketat merupakan awal dari munculnya negara-negara
sekularistik di kemudian hari. Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan
agama.
5. Terhadap psikologi dan epistemologi
Pemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia
telah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi. Beberapa filsuf dan pemikir
setelahnya yang dipengaruhi Locke adalah David Hartley (1705-1757), Joseph
Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780). Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal
menganalisis pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi
unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
John Locke (lahir 29 Agustus1632 – meninggal 28 Oktober1704 pada umur 72 tahun) adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari
pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat
politik,
Locke juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur
terpenting di era Pencerahan. Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes
(post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan
yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu. Kemudian Locke juga menekankan
pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Franz
Magnis-Suseno. 1992. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius.
Hal. 73-74.
Harun
Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.
Hal. 36-39.
http://id.wikipedia.org/wiki/John_Locke
J.R.
Milton. 1999. "Locke's Life and Times". In The Cambridge Companion
to Locke. Vere Chappell, ed. 5-25. London: Cambridge University Press.
James
Gordon Clapp. 1972. "Locke, John". In The Encyclopedia of
Philosophy Volume 3. Paul Edwards, ed. 487-503. New York: Macmillan
Publishing.
Michael
Ayers. 1998. "Locke, John". In Routledge Encyclopedia of
Philosophy. P. 4852. London: Routledge.
Nicholas
P. Wolterstorff. 1999. "Locke, John". In Cambridge Dictionary of
Philosophy. Robert Audi, ed. 506-509.London: Cambridge University Press.
Peter
Laslett (1988). "Introduction: Locke and Hobbes". Two Treatises on
Government. Cambridge University Press. hlm. 68. ISBN 9780521357302.
Simon
Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius.
Hal. 236-247.
R.S.
Woolhouse. 2003. "Locke". In The Blackwell Companion to Philosophy
Second Edition. Nicholas Bunnin & E.P. Tsui-James, eds. 682. Malden:
Blackwell Publishing.
Roger
Woolhouse. 1999."Locke's Theory of Knowledge". In The Cambridge
Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 146. London: Cambridge University
Press.
Ted
Honderich, ed. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. New York:
Oxford University Press. P. 493-497.
0 komentar:
Post a Comment